Perbedaan Pakaian PDU 1 dan PDU 3
Pakaian Dinas Utama (PDU) adalah seragam militer penting yang digunakan oleh personel TNI (Tentara Nasional Indonesia), POLRI (Kepolisian Republik In…
Pakaian Dinas Utama (PDU) adalah seragam militer penting yang digunakan oleh personel TNI (Tentara Nasional Indonesia), POLRI (Kepolisian Republik In…
Warna merupakan elemen penting dalam dekorasi rumah yang dapat mempengaruhi suasana dan suasana hati ruangan. Dalam desain interior, dua warna putih …
Cara Membuat Menu Navigasi Blogger - blogge Pemula sudah menjadi hal yang sangat wajar dalam bidang apapun, tak terkecuali dalam dunia blog. Saya m…
Sekilas Tentang Mbah KH Sahlan Tholib - Kyai Sahlan merupakan salah satu ulama salaf dan ulama kuno yang mempunyai karomah YANG SANGAT JARANG TEREKS…
Industri kecantikan semakin berkembang pesat, dengan berbagai produk yang bermunculan setiap hari. Salah satu merek yang kini tengah populer adalah S…
Biografi KH Hasan Gipo, Ampel, Surabaya, Jawa Timur Ketua Tanfidziyah PBNU Pertama - Hasan Gipo atau Hasan Basri lahir di Surabaya pada tahun 1869 d…
Sekilas Tentang Gus Ma'ruf bin Zubair - Kita tahu bahwa Sarang termasuk daerah yang merupakan gudang ulama. Di antara mereka ada satu ulama yang…
Jejak KI Ageng Rogosasi - Bagi Masyarakat Tumang Boyolali, nama Ki Ageng Rogosasi tentu tak asing bagi mereka. Nama tersebut merupakan seorang penye…
Konversi IP Address ke Biner Konversi IP Address ke Biner Masukkan IP Address: Konversi …
Dalil Lengkap Sampainya Pahala Kepada Mayit - Untuk menguatkan syariat kita bahwah menghadiahkan pahala bacaan Al Quran dan kalimat Thoyyibah kepada…
Oleh Dani Nurjaman |
Rasulullah SAW. Pernah bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, “Sebaik-baik manusia adalah zamanku, dan kemudian setelahnya, dan kemudian setelahnya.”
Dalam hadits ini Rasulullah SAW. Menegaskan bahwa sebaik-baiknya manusia yang harus jadi teladan umat islam di dunia ini dalam menjalankan kehidupannya adalah para sahabat, karena para sahabat merupakan orang yang paling dekat dengan Rasulullah, sehingga tidak diragukan lagi akhlakul karimahnya.
Para sahabatpun hidup seperti layaknya manusia biasa, ada yang kaya hartanya melimpah tapi mengelola hartanya dalam keimanan, ada juga yang hidupnya begitu sederhana tapi beliau sangat suka bersedekah, dan ada juga yang hidupnya jauh dari kaya raya apalagi bergelimang harta, sulit dalam kehidupan dunianya tetapi tetap bertaqwa kepada Allah dengan rasa ketentraman dalam menjalani kehidupannya. Mereka tidak merasa hina atas kemiskinannya justru mereka berlomba-lomba bersaing dengan sahabat yang lainya tidak mau kalah dalam beramal sedekah.
Diriwayatan bahwa Abu Dzar pernah berkata, ada para sahabat yang berkata “Wahai Rasulallah, orang-orang kaya itu mengumpulkan banyak pahala. Mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka puasa sebagaimana kami puasa, dan mereka bershadaqah dengan kelebihan harta mereka (sementara kami tidak bisa bershadaqah).”
Kemudian Rasululullah SAW. Menjawab “Bukankah Allah telah menjadikan sesuatu yang bisa kalian shadaqahkan? Sesungguhnya setiap tasbih (subhanallah) adalah shadaqah, setiap takbir (Allahu Akbar) adalah shadaqah, setiap tahmid (alhamdulillah) adalah shadaqah, setiap tahlil (laa ilaaha illallaah) adalah shadaqah, menyeru kepada kebaikan adalah shadaqah, mencegah kemungkaran adalah shadaqah, dan bersetubuh dengan istri juga shadaqah.”
Kemudian Para Sahabat bertanya “Wahai Rasulallah, apakah jika di antara kami menyalurkan hasrat biologisnya (kepada istrinya) juga mendapat pahala?” Rasululah menjawab: “Bukankah jika disalurkan pada yang haram dia berdosa? Maka demikian pula jika disalurkan pada yang halal, dia mendapatkan pahala.” Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim.
Begitu indah prangai para sahabat dalam menjalani hidupnya, mereka tidak merasa iri kepada orang lain yang lebih kaya dengan harta benda, mereka tidak khawatir dengan kemiskinan, yang mereka khawatirkan kalah dalam beramal shaleh.
Dr. Aidh Al-Qarni dalam buku fenomenalnya “La Tahzan” menuliskan bahwa ada 5 hal yang menyebabkan para sahabat disebut sebagai sebaik-baik manusia. Dan ini menjadi kunci rahasia kesuksesan dunia akhirat mereka. Yaitu:
Dalam menghadapi permasalahan dalam hidupnya para sahabat selalu bersikap wajar, tidak berlebihan dan sama sekali tidak pernah merasa terbebani atas masalah-masalah yang menimpanya, sebagaimana dalam Al-Quran Allah Berfirman.
وَنُيَسِّرُكَ لِلْيُسْرَىٰ
“Dan Kami akan memberi kamu taufik ke jalan yang mudah.” (QS. Al-A’la [87] : 8).
Tentunya para sahabat memiliki ilmu yang sangat luas, dan ilmunya bukan hanya sebagai pengetahuan saja pastinya beliau amalkan dalam kehidupannya.
إِنَّمَا يَخْشَى ٱللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ ٱلْعُلَمَٰٓؤُا۟
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” (QS. Fatir [35] : 28).
Dalam hati para sahabat ada keikhlasan, inabah, tawakal, kecintaan yang sangat mendalam kepada Allah, dan juga keinginan dekat dengan Allah yang memuncak. Hati mereka juga selalu diliputi rasa khawatir amal-amal yang dilakukan tidak berkenan di sisi Allah, perasaan takut jika siksa Allah menipanya, dan masih banyak lagi amalan-amalan hati yang lainnya.
Seperti yang kita ketahui bahwa banyak dari para sahabat mereka menjalani hidup dengan sederhana, mereka melakukan hal itu secara sengaja, karena mereka semata-mata menghindar dari kemewahan duniawi yang dapat menggoyahkan keimanan. Kemewahan dunia juga dapat menjauhkan mereka dari rasa hidup tentram.
وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُم مَّشْكُوراً
“Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.” (QS. Al Israa’ [17]: 19).
Karakter dan motto para sahabat adalah jihad. Karena dalam jihad terdapat dzikir, amal, serta pengorbanan dan gerak tubuh yang mampu menghilangkan keresahan dan kesedihan para sahabat. Kebahagiaan sejati dapat dirasakan seorang hamba dalam berjihad.
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-ankabut [29]: 69).
Begitulah kehidupan para sahabat dengan ketentraman dan ketenangan, maka sudah seharusnya dijadikan teladan oleh umat islam saat ini.
Dalam hidup kita banyak sekali luka liku dan kenyataan-kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan, tapi kita harus menjalaninya dengan sewajarnya tidak merasa terbebani, karena pastinya masih banyak yang patut kita syukri.
Jangan pernah kita merasa cemas akan permasalahan dalam hidup di dunia karena kita punya Allah, maka sebaiknya serahkan semuanya kepada-Nya yang berhak atas kita. Sehingga Allah akan memberikan ketenangan dan ketentraman dalam hati dan pikiran kita.
Meneladani para sahabat merupakan kunci sukses hidup di dunia yang fana ini. Oleh karena itu mari kita lebih mengenal para sahabat dan meneladani perangainya dan tentunya mereka sangat mulia di sisi Allah SWT.